Minggu, 19 September 2010

status update "kangen keluarga"


Posted at 8th of September 2010
Status : “Kangen keluarga”
Hari dan tanggan yang sama hanya berbeda waktu saja. Saya membuka akun facebook saya tanpa tujuan yang jelas dan dengan iseng saya membuka akun milik teman saya bernama Vika Sutantyo Convivencia dengan status “kangen keluarga”. Untuk permulaan, dia adalah teman saya lebih tepatnya adik kelas saya di SMA dan saat ini sedang menempuh pendidikan di Turki dan ini adalah tahun pertamanya berada di sana.
Awalnya saya hanya mencoba untuk mengibur dia dengan berkata “even they are far away from you but still their love is in deeply heart and your mind.Cheer up little girl” lalu dia berkata (yang intinya) “i’m crying after read your post,. I’m happy but also sad at the same time or sad but happy,u know what i mean?”. Sayapun menjawab “crying in ur suju is ur medicine.crying because u miss them is acceptable but do not let it make u down but make itu to burn ur self and gove ur best shot”. Diapun menjawab yang membuat saya kaget “insyaAllah.but this is my first time,and you never feel it don’t u? But sometimes it makes me envy”
Cukup lama saya terdiam membaca kalimat tersebut, benar saya tidak pernah merasakan jauh dari keluarga lebih dari 4bulan dan saya juga tidak pernah merasakan ramadhan bahkan idulfitri tanpa kehangatan kasih sayang orang tua. Akhirnya saya pun menjawab, “with whom you envy?i do envy u vik,u do what i can’t do and it makes u difference and stronger unless u give up”. Betul di satu sisi saya sangat iri dengannya karena bisa kuliah di luar negeri, mendapatkan beasiswa hal yang sangat saya dambakan dari dulu. Tapi jauh dari itu saya iri karena dia mendapatkan masalah dan mencoba memecahkan masalah yang tidak semua orang mengalaminya. Masalah yang membuatnya lebih dewasa dalam mengambil keputusan. Masalah bahwa jauh ribuan kilometer disana ada keluarga yang merindukannya juga dan mengharapkan yang terbaik darinya dan dia harus membuktikan bahwa dia bisa membanggakan keluarganya meskipun tanpa kehangatan keluarga setiap saat dia stress yang menuntut akan kemandiriannya dan kebijaksanaannya bahwa ini bukan tentang dirinya saja tapi juga tentang keluarganya. Memang tidak perlu jauh – jauh untuk membuktikan bahwa kita bisa membanggakan keluarga kita tapi disini ada satu fokus perbedaan antara dia dan saya, yaitu saya bisa menikmati kehangatan kasih sayang keluarga saya setiap saat dan hal ini sering kali membuai saya dalam kemalasan, meremehkan sesuatu dan ketidakmandirian. Akhirnya jelas ada perbedaan antara orang yang berjalan dengan orang yang berlari.
Kawan, beruntunglah kita yang setiap saat bisa menikmati hangatnya pelukan ibu, keyakinan sorot mata ayah, dan papahan dari adik/kakak. Semua ini jelas tidak dialami oleh teman saya vika atau orang lain di perantauan. Seorang diri harus menantang badai, memecahkan labirin tanpa bantuan hanya dengan keteguhan hati dan ingatan akan keluarga yang membuat mereka tetap semangat menjalaninya. Maka kawan, janganlah kita sia – siakan semua ini menjadi debu yang hanya menempel sejenak lalu menghilang ditiup angin. Semua yang kita miliki saat ini justru adalah anugrah yang tidak dimiliki setiap orang. Semua hal ini adalah senjata dan tameng kita dalam menghadapi masalah. Dan semua ini bukanlah buaian setan kemalasan belaka. Karena semuanya ini adalah untuk kebaikan kita untuk menjadi lebih baik. Semoga saya dan teman – teman yang membaca dapat mengambil manfaat dari posting ini.

2 komentar:

  1. yah,namanya jg pertama kali jauh dr orang tua.klo bertahan lebih lama pasti sdh merasa biasa.

    BalasHapus
  2. setuju sama madyandi

    BalasHapus

please comment after you read it.. a good reader will give their comment..hehe